Sikaptoleran ini lah yang kemudian membuat KH. Said Aqil Siradj tidak hanya dicintai oleh anggota NU ataupun seluruh Muslim, tetapi juga dihargai oleh penganut agama lainnya. 6 Pengabdian di Nahdlatul Ulama (NU) Setelah KH. Said Aqil Siradj mendapatkan gelar doktor pada 1994, beliau kembali ke tanah airnya: Indonesia.
SaidAqil Siradj dan Halusinasi Ancaman Wahabi Yayasan Az Zikra, Al-Ittihadiyah, Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Rabithah Alawiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Nahdlatul Wathan (NW) serta Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI). (Lembaga Persahabatan Ormas Islam), KH Said Aqil Siroj, pada konferensi pers yang berlangsung di
KetuaUmum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti, juga mengutarakan kesepakatan organisasinya dalam mengutamakan keselamatan umat di masa pandemi Covid-19 ini. Ketua MUI Cholil Nafis, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zein Umar bin Smith, Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan
Sebelumnya di Jakarta, Kapolri telah melakukan kunjungan silaturahmi dengan para pimpinan organisasi-organisasi masyarakat Islam terkemuka, seperti Ketum PBNU K.H. Said Aqil Siradj, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Miftachul Akhyar.
Diantaranya Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, dan Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar Smith. Kunjungan silaturahmi dilakukan untuk mempererat hubungan Polri dengan ormas-ormas besar Islam. Listyo meminta dukungan para ulama agar menyampaikan pesan-pesan kamtibmas kepada umat Islam melalui
Sebanyak14 organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) mendesak pemerintah segera merealisasikan rencana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan ormas radikal anti-Pancasila lainnya. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan, pemerintah perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (P
Harianjogjacom, JAKARTA--Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin berharap rangkaian kegiatan peribadatan yang dilakukan umat Islam pada Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah tidak menimbulkan potensi klaster baru penularan COVID-19.. Untuk memastikan kebijakan penyesuaian peribadatan Idul Adha tersebut dipatuhi, Wapres Ma'ruf mengajak seluruh organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam untuk membuat
JAKARTA(Arrahmah.com) - Keterlibatan Majelis Azzikra dalam barisan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) pimpinan Said Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU) ternyata hanyalah klaim sepihak saja yang aliansi ormas tersebut.Pimpinan Majelis Azzikra, Sentul, Bogor, Ustadz Arifin Ilham membantah terlibat dalam barisan yang mendukung asas Pancasila untuk ormas.
RabithahAlawiyah, organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad, mendata ada 151 marga segaris keturunan Nabi yang masih ada di dunia, termasuk Indonesia. Dari marga ini, ada sejumlah nama yang kurang dikenal seperti Al Tuwainah, Al bin Sumaithon atau Al Quthhan. Sementara di Indonesia, segelintir marga yang familiar.
MusabaqahTilawatil Quran (Arabic: مسابقة تلاوة القران, literally "Quran Recitation Competition", abbreviated as MTQ) is an Indonesian Islamic religious festival held at national level, aimed at glorification of the Qur'an.On this festival, participants compete at reciting Al-Qur'an employing qira'at (specific methodology for recitation).
BghWqm.
Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU Said Aqil Siradj diangkat sebagai Komisaris Utama merangkap sebagai Independen PT Kereta Api Indonesia PT KAI. Berikut biodata dan biografi Said Aqil Siradj. Said Aqil Siradj adalah seorang intelektual muslim Indonesia yang tumbuh dan besar di lingkungan pesantren. Ia lahir di Cirebon, 3 Juli 1953. Selain sebagai seorang kiai, Said Aqil juga seorang doktor lulusan Universitas Ummu al-Qura, Mekkah. Ia membentuk Said Aqil Centre di Mesir yang berfokus pada studi Islam, terutama Dunia Arab. Dilansir dari pemberitaan Kompas, 23 Agustus 2009, setelah lulus dari Madrasah Tarbiyatul Mubtadi'ien, Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Saiq melanjutkan ke Pesantren Hidayatul Mubtadi'en, Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Selepas dari sini, Saiq hijrah ke Yogyakarta dan menimba ilmu di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama tiga tahun pada 1972-1975. Saiq mendapatkan gelar sarjana dari Universitas King Abdul Azis, Jedddah Jurusan Ushuluddin dan dakwah pada 1980-1982. Baca juga Biodata Profil Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat, Disebut-sebut Calon Ketum Demokrat Pengganti AHY Kemudian, dia melanjutkan studi masternya di Universitas Ummul al-Qura, Mekkah jurusan Perbandingan agama pada 1982-1987. Masih di jurusan dan universitas yang sama, Saiq meraih gelar doktoral pada 1987-1994. Sepak terjang karir bapak empat anak ini dimulai setelah kembali ke Tanah Air pada 1994, kemudian bergabung kepengurusan PBNU di bawah Ketua Umum KH Abdurrahman Wahid dengan posisi sebagai wakil katib 'aam. Jadi Dosen Setelah Gus Dur terpilih sebagai presiden pada tahun 1999, Saiq menjadi anggota MPR Fraksi Utusan Golongan dari NU hingga 2004, menggantikan posisi Gus Dur. Selain itu, Saiq juga menjadi dosen Pascasarjana di UIN Jakarta, dosen pascasarjana di Unisma Malang dan dosen pascasarjana kajian timur tengah Universitas Indonesia Jakarta. Sejumlah buku bertemakan Islam juga menjadi bukti karya Saiq, seperti Ahlussunnah wal Jama'ah Lintas Sejarah pada 1997, Islam Kebangsaan Fikh Demokratik Kaum Santri pada 1999, Kyai Menggugat pada 1999, Ma'rifatullaH Pandangan Agama-agama, Tradisi, dan Filsafat pada 2003, dan Tasawuf sebagai Kritik Sosial pada 2006 lalu. Baca juga Artidjo Alkostar Wafat, Mantan Hakim Agung Ditakuti Koruptor, Ini Biografi dan Biodatanya
JAKARTA, - Nama Said Aqil Siradj bukan sosok yang asing didengar oleh kalangan Nahdlatul Ulama NU. Pasalnya, ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU selama dua periode, yakni 2010-2015 dan 2015-2020. Bahkan, hingga tahun ini, Said juga tetap menjabat sebagai Ketua Umum lantaran muktamar baru diadakan pada akhir Said kembali digadang-gadang menjadi calon kuat untuk kembali melanjutkan kepemimpinannya di PBNU periode 2021-2026. Baca juga Maju Mundur Pelaksanaan Muktamar NU dan Surat 9 Kiai Sepuh... Menjelang Muktamar ke-34, pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu telah mendeklarasikan diri untuk siap menjadi calon ketua umum PBNU periode selanjutnya. Pada muktamar kali ini, Said disebut-sebut bakal berkontestasi dengan Yahya Cholil Staquf yang merupakan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur sekaligus Khatib Aam PBNU. Lantas, seperti apa profil dari Said Aqil Siradj, calon ketum PBNU yang merupakan petahana? Simak ulasannya berikut ini Profil Kang Said, sapaan akrab Said Aqil Siradj, dilahirkan di Desa Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, pada 3 Juli 1953. Dirinya merupakan anak kedua dari lima bersaudara, pasangan KH Aqil Siradj dan Hj Afifah binti KH Soleh Harun, pendiri Pondok Pesantren Kempek. Baca juga Jokowi-Maruf Amin Hadiri Langsung Muktamar NU Hari ini Pada Oktober 2021, Said mengaku mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mencalonkan diri kembali memimpin PBNU. Kemudian, pada Rabu 8/12/2021, Said mengumumkan bahwa dirinya siap menerima permintaan sejumlah kiai sepuh untuk kembali memimpin PBNU. Sejumlah kiai yang memintanya itu yakni Habib Luthfi, Tuan Guru Turmudzi, KH Muhtadi Dimyati, KH Dimyati Rois, KH Agoes Ali Masyhuri, dan Kiai Bustomi. "Saya terima permintaan atau perintah dari para kiai sepuh," kata Said dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu. Menang dua kali dalam Muktamar Said mengikuti kontestasi Ketua Umum NU untuk kali pertama pada muktamar ke-30 di Kediri. Saat itu dia kalah. Kemudian ketika mengikuti muktamar ke-31 di Boyolali, Said Aqil kembali gagal. Hingga akhirnya pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, Said terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2010-2015. Ia mengalahkan Slamet Effendi Yusuf yang memperoleh 201 suara. Sementara, Said berhasil mengumpulkan dukungan 294 suara. Baca juga Ribuan Nahdliyin Se-Nusantara Datang ke Lampung Ikut Ramaikan Muktamar Ke-34 NUKandidat lain gagal dalam penjaringan calon karena tidak memenuhi 99 suara sebagai syarat minimal dukungan dalam pemilihan tahap pertama. Mereka adalah Salahuddin Wahid, Masdar F Masudi, Ahmad Bagdja, Ali Maschan Moesa, dan Ulil Abshar Abdalla. Kemudian, periode berikutnya yaitu 2015, Said kembali menang dengan perolehan suara 412. Atas perolehan itu, dirinya lanjut menjabat Ketum PBNU periode 2015-2020. Keluarga Said memiliki seorang ayah yang merupakan kiai di Cirebon. Ayahnya juga merupakan ulama di kota udang tersebut. Atas hal itu, Said menjadi tak asing didengar di kalangan NU. Baca juga Personel Amankan Muktamar NU, Begini Skemanya Said diketahui beristri Nur Hayati Abdul Qodir. Dari pernikahannya, Said dan Nur Hayati dikaruniai empat buah hati. Keempat anaknya dinamai Muhammad Said Aqil, Nisrin Said Aqil, Rihab Said Aqil, dan Aqil Said Aqil. Rekam jejak di NU Dikutip dari Kang Said disebut telah berkiprah di NU sejak 1994. Saat itu, dirinya sebagai wakil Khatib Aam PBNU periode kepemimpinan Gus Dur. Jika dirunut, tahun ini merupakan tahun ke-27 Said berkiprah di NU. Hingga kemudian, pada 2010 ia terpilih secara demokratis sebagai Ketum PBNU masa khidmat 2010-2015 dan kembali terpilih periode 2015-2020 hasil muktamar di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Situs tersebut mengungkapkan bahwa Said merupakan figur kiai yang jujur, istikamah bersikap tawadlu', qona'ah, karismatik, dan sesekali terkadang kontroversial. Baca juga Maruf Amin soal Muktamar NU Gegeran Dulu, kalau Selesai Ger-geran Gus Dur bahkan disebut menjuluki Said adalah 'kamus berjalan' dikarenakan ia mampu menulis disertasi dengan daftar pusaka kitab dan buku. Disertasi itu berjudul "Shilatullah bi Al Kauni fi Al Tashawwufi Al Falsafi". Said juga disebut satu di antara banyak ketum PBNU yang cukup berhasil memimpin NU dengan banyak terobosan di bidang kemajuan Nahdliyyin warga NU. Pendidikan Said memiliki latar belakang pendidikan di Madrasah Tarbiyatul Mubtadi'ien Kempek, Cirebon. Kemudian, ia melanjutkan di Hidayatul Mubtadi'en Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 1965-1970. Selanjutnya, Said melanjutkan pendidikan di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, pada 1972-1975. Ia menempuh strata 1 S1 Ushuluddin dan Dakwah di Universitas King Abdul Aziz pada 1982 serta S2 perbandingan agama di Universitas Umm al-Qura, Mekkah, pada 1987. Said juga menempuh S3 Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Umm al-Qura, Mekkah, pada 1994. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.